13 Mei 2010

Biar Racun Tidak Menyebar

Dua orang pramuka baru, si Andi dan Doni, mengikuti persami di hutan di temani seorang pembinanya. Saat disuruh mencari kayu bakar, tiba-tiba Andi berlari menghampiri pembinanya yang sedang menyiapkan api unggun.
Andi : “MAS, LAPOR MAS!!!” (sambil setengah berteriak)
Pembina : “Ada apa Andi???”
Andi : “SI DONI DIPATOK ULAR MAS!!!”
Pembina : “APA???!!! Cepat kamu berikan pertolongan pertama, dengan mengikat bagian tubuhnya yang di gigit ular itu dengan tali. Ikatnya yang kencang, biar racunnya tidak menyebar. Saya akan mencari bantuan di warga sekitar.
Kemudian Andi berlari menuju Doni sambil membawa seutas tali pramuka. Tak lama kemudian ia kembali ke pembinanya.
Andi : “MAS, LAPOR MAS!!!”
Pembina : “Tenang saja Andi, seorang dokter sudah menuju kemari.”
Andi : “Terlambat mas, si Doni sudah meninggal dunia.”
Pembina : “APA??!!! (agak shock mendengarnya) . Apa kamu sudah melakukan pertolongan pertama yang saya suruh???”
Andi : “Sudah mas, bahkan wajahnya sampai biru.”
Pembina : “Kok wajahnya sampai membiru.”
Andi : “Iya, kan yang digigit tuh lehernya, saya ikat aja pake tali mpe kencang, biar tuh racun nggak menyebar ke kepalanya. Eh si Doni gak lama kemudian malah meninggal.”
Pembina : “Busyettt dah…??!!!!

Yang Mana Bos nya

Di sebuah Sekolah Dasar sedang diterapkan sebuah mata pelajaran baru, yaitu PMWR alias Pelajaran Mengenal Wakil Rakyat. Kemudian si Guru memulainya dengan memberikan beberapa pertanyaan pada murid-muridnya.
Guru: Bupati dan Wakil Bupati, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?
Murid: Bupati, Bu!!!
Guru: Gubernur dan Wakil Gubernur, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?
Murid: Gubernur, Bu!!
Guru: Presiden dan Wakil Presien, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?
Murid: Presiden, Bu!!
Guru: Rakyat dan Wakil Rakyat, manakah yang lebih tinggi dan harus dihormati?
Murid: Seharusnya sih Rakyat, Bu!!
Guru: Kok, pakai seharusnya?
Murid: Karena sekarang malah terbalik Bu guru.
Guru: Bagus, terus tanda supaya kita kenal sama Wakil Rakyat kita bagaimana?
Murid: Yang pasti mereka suka warna abu-abu.
Guru: Betul, terus apalagi?
Murid: Suka konspirasi politik.
Guru: Demi apa?
Murid: Kepentingan, Bu!!
Guru: Tepat sekali, sering muncul dimana mereka?
Murid: Di televisi, Bu!
Guru: Karena apa?
Murid: Karena skandal dan kasus, Bu!!
Guru: Aduh, anak murid Ibu pinter-pinter, terus ciri Wakil Rakyat apalagi?
Murid: Pasti sering mendadak tajir, Bu!!
Guru: Darimana, kok bisa gitu?
Murid: Diam-diam kan nyolong, Bu. Kalau nggak ya dapat hibah gono-gini gak jelas.
Guru: Dari siapa?
Murid: Dari yang pengin diuntungkan.
Guru: Terus kan Wakil Rakyat sering mengadakan sidang, berapa tahun sekali?
Murid: Setiap hari, Bu!!
Guru: Kok bisa, alasannya?
Murid: Kan biar dapat tunjangan dan komisi rapat.
Guru: Biasanya yang dibahas apa?
Murid: Nggak ada Bu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Guru: Jadi Rakyat dengan Wakil Rakyat, yang mana bosnya?
Murid: Ya, semestinya Rakyat dong, Bu!!
Guru: Kenapa semestinya?
Murid: Karena aneh, Bu!
Guru: Aneh kenapa?
Murid: Masak bos kekurangan beras di rumahnya, Bu! Sedangkan Wakilnya malah asik impor beras. Nimbun juga bisa kali, Bu.
Guru: Bagus-bagus, ternyata sebelum diajari kalian sudah banyak tahu tentang Wakil Rakyat ya.
Murid: Iya dong Bu, kan sudah jadi bukan rahasia lagi. Rakyat sudah banyak yang tahu, Bu.
Guru: Sudah banyak yang tahu mengapa asik ongkang-ongkang kaki di Parlemen?
Murid: Kan, nggak tahu malu, Bu.
· · · · · · · · · ·

Komentar Paijo

Paijo adalah seorang pesuruh di sebuah SMA swasta yang cukup terkenal. Suatu siang, Paijo melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruangan kelas pelajaran Fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Paijo semula acuh tak acuh, namun akhirnya ia datang mendekat juga karena salah satu guru yang juga wakil kepala sekolah memanggilnya.

Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olah raga menendang bola yang seharusnya dia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.

Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagi pula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.

Wakil Kepala Sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi ?”

Guru Fisika: “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru.”

Guru Kimia: “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama.”

Guru Matematika: “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung parabola.”

Wakil Kepala Sekolah: “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Sugih?”

Pak Sugih yang guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp 100.000 pak.”

Wakil Kepala Sekolah: “Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Bagaimana menurut Pak Paijo ?”

Paijo kaget setengah mati karena tidak menyangka kalau akan dimintai pendapat atau komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru ditatar KBK, Paijo memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.

Paijo: “Kalau ditinjau dari disiplin ilmu saya pak, pecahan kaca tadi… eh… anu… menambah pekerjaan saya tapi tidak menaikkan gaji saya pak!”

Wakil Kepala Sekolah: “Pintar juga pak Paijo, ada musibah malah digunakan kesempatan untuk minta naik gaji.”

Karaoke dengan perempuan lain

Seorang suami yang pulang malam disambut tangisan istrinya.

"Sungguh tega engkau Mas Kus, ngakunya mau lembur sama si Hery kawan sekantor kamu, tak tahunya kamu pergi berkaraoke sama perempuan lain...", ujar istrinya sambil sesenggukan.

Si Kus yang terpojok tak mampu mengelak lagi,

"Maafkan aku sayang, sungguh aku khilaf. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi bagaimana kamu bisa melihatku di sana istriku...?"

"Tentu saja aku melihatnya...!" jawab sang isteri ketus ,
"Aku khan juga pergi karaoke sama si Hery kawanmu itu!!"

05 Mei 2010

Ditipu penjual barang berharga

Di tempat pelelangan Mesir, ada suatu tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh para pembeli, pemilik tempat pelelangan tersebut adalah Zhahjah, beliau dikenal sebagai pembual besar, tapi jika orang yang mengerti akan barang berharga maka tidak akan tertipu dan sebaliknya, tapi tidak tahu mengapa hari itu begitu banyak pengunjungnya.

Ternyata pada hari itu ia melelang tengkorak Fir'aun, bukan main ramainya tempat tersebut, sehingga orang berdesak-desakkan.

Setelah itu seperti biasa ia mulai membuka harga penawaran pertama, harga pertama yaitu 10 juta, maka terjadilah tawar menawar di antara pembeli, sehingga
harganya melonjak menjadi 1 milyar.

Salah seorang pembeli menyela : "hai Zhahjah, yang benar saja kau menjual tengkorak hingga mencapai 1 milyar "

"Saya pikir tidak terlalu mahal jika Anda benar-benar pecinta barang berharga " sahut Zhahja.

"Dapatkah harganya kau turunkan Zhahja ? " Sahut pembeli lainnya

(Sambil berpikir Zhahja mengambil tengkorak yang lebih kecil dari yang ia lelang ) "Mungkin untuk tengkorak kecil ini akan saya berikan dengan harga 1 milyar " Jawab Zhahja

"Hai yang benar saja, tengkorak apa itu . . ?, itu kan bukan tengkorak Fir'aun, mana ada pembeli yang mau " Jawab salah seorang pembeli.

"Ini tengkorak Fir'aun waktu masih TK dulu tau..., makanya tengkoraknya kecil " Jawab Zhahja

Para pembeli gusar. Semenjak itu tidak ada pembeli yang mau datang ke tempatnya lagi, tempat Zhahja menjadi sepi, walaupun sekarang ia menjadi orang jujur.

Pasien datang kepagian

Seorang Ibu dan seorang anaknya datang ke ruang praktek seorang Dokter di suatu pagi hari. Padahal Dokter itu belum memulai prakteknya.

Ibu itu kelihatan panik dan mengetuk pintu Dokter itu dengan keras dan berulang-ulang; sambil membawa anaknya yang matanya melotot - hampir keluar.

Dokter keluar dari ruangannya dan si Ibu langsung menyerbu dengan suara yang panik : "Dokter, dokter, tolong anak saya. Dari pagi matanya melotot terus seperti ini."

Dokter : "Waduh saya belum praktek Bu. Ini masih terlalu pagi."

Ibu itu tetap ngotot dan berkata : "Saya akan bayar berapa saja, pokoknya sembuhkan anak saya."

Sang Dokter tidak berdebat lagi langsung mengajak anak itu masuk. Tidak sampai 5 menit Dokter keluar dengan si anak yang telah sehat dan tertawa ceria.

Ibu itu langsung heran dan sambil memeluk anaknya, dia berkata : "Waduh Dokter di kasih obat apa nih, dan saya harus bayar berapa...."

Dokter menjawab enteng : "Gratis Bu, tidak usah bayar, tapi saya ingatkan, Ibu kalau masang bando jangan keras-keras...."

Foto efect