15 Desember 2009

Pedih itu kekal ada (5)

Menunggu kiriman dari kakak di wonogiri yang tak kunjung tiba telah membuat hati saya makin menjadi resah, dalam benak saya berfikir apa ya mungkin uang Rp 70.000 ini bisa mencukupi segala keperluan selama sebulan PKL....? dengan semua beban yang kian meningkat tanpa sadar sore itu saya memberani kan  diri ke rumah anak paman dengan amat terpaksa di daerah komi kotabumi ilir ( mbak yanti namanya adik mbak odah yang paling miskin karena suaminya hanya bekerja sebagai penarik beca,juga rada di pinggirkan oleh saudara yang lain karena kemiskinanya )siang itu sepulang sekolah saya bertamu ke rumah beliau dan untung nya suami mbak yanti ( mas menggong namanya )juga baru pulang istirahat dari menarik beca, tanpa basa-basi dan tedeng aling-aling saya mengutarakan semua maksud dan tujuan,dengan penuh perasaan belas kasihan mas menggong bilang ( sebenarnya kami juga ingin membantu le...tapi kamu juga kan bisa mellihat keadaan kami yang seperti ini,mana harus juga menyekolahkan keponakan mu lagi,dan terus terang kalau kami kamu suruh membantu dari segi keuangan kami tidak sanggup tapi kalau kamu mau saya ada jalan keluarnya.) saat mendengar solusi yang di tawarkan terbersit sedikit harapan,kerena juga sebelum nya saya tidak terlalu berharap dengan segala bantuan beliau, karena membayangkan kesusahan hidup yang telah  mereka lalui itu.
mas menggong berkata; (kalau kamu mau tidur di sini selama PKL mu,kami sanggup menampung juga menanggung makan minum mu walau pun ala kadarnya ),akan tetapi di karenakan jarak yang agak jauh antara rumah mas menggong dengan tempat praktek,maka saya harus berjalan kaki menyusuri semak dan kebun orang,mencari jalan pintas agar bisa dan cepat sampai ke tempat praktek sebelum jam 07.00,perjalan yang memakan waktu setengah jam saya jalani setiap hari dengan penuh kesabaran juga kesyukuran, dikarena kan Allah telah meringan kan bebanan yang harus saya tanggung,biasanya menjelang subuh saya telah keluar dari rumah setelah sarapan yang di sediakan mbak yanti juga ponakan-ponakan yang kian membesar,menjalani dan juga mengetahui keikhlasan mereka membuat saya berfikir,apakah sombong,angkuh itu hanya ada pada orang-orang berada,karena buktinya keluarga mas menggong yang hidup dalam kedaifan pun sanggup menampung saya,tetapi mereka yang berada ........?(rumah mas menggong hanya mempunyai dua kamar dan satu telah saya tempati,otomatis kamar yang satu lagi di gunakan beliau bersama istri dan ke tiga anaknya.)
satu perkara yang membuat saya teramat kagum pada keluarga ini ialah,mereka rukun,tentram damai dengan anak-anak yang penurut juga pinter-pinter dalam mata pelajaran juga mengaji,dan selama sebulan saya merepotkan mereka,belum pernah sekali pun terdengar kata-kata yang menyinggung atau menykitkan perasaan saya.
Terima kasih mas Semoga allah membalas segala kebaikan kalian,dan tunggu lah kepulangan saya dari perantauan karena pasti saya akan memberikan hadiah yang tidak pernah kalian sangka-sangka
saat praktek PKL telah sampai pada penghujung nya,pengawas kami bapak junaidi berkata,karena pihak perusahaan hanya bisa menampung selama satu bulan,sedangkan praktek kerja lapangan kalian adalah tiga bulan,maka kalian harus melanjutkan nya ketempat lain,kalian bisa memilih pada daftar tempat praktek yang tersedia.mendengar itu sontak saya berdiri dan dengan suara yang agak lantang saya menjawab,pak....kami memilih praktek di coca-cola karena memang kami tau praktek nya hanya sebulan dan walaupun berat kami sanggup menjalani nya,rasanya tidak adil dong kepada kami.saat semua kelompok tidak ada yang mau praktek disini dan memilih di tempat yang ber AC,tp setelah apa yang kami lalui akhirnya kami harus juga ketempat lain,mungkin untuk mereka yang sekolah nya di tanggung oleh orang tua perkara itu bukan suatu masalah,karena kapan pun dan dimana pun mereka bisa meminta uang untuk biaya PKL,tapi bagai mana dengan saya.......? untuk meneruskan sekolah saja,saya harus membanting tulang ini pula harus PKL coba bapak fikir....Mendengar semua kata-kata saya bapak junaidi hanya diam tidak berkata,setelah beberapa saat beliau akhirnya memutuskan, begini saja,selama dua bulan ini,kalian jangan kesekolah atau main ketempat kawan-kawan praktek kalian,karena kalau sampai pihak sekolah atau kawan-kawan kalian tau,takutnya mereka megadu kepada kepada pihak sekolah dan setiap satu minggu sekali,kalian wajib lapor ke pihak coca-cola,biar nanti bapak urus dan ngomong kepada kepala bagian juga manager nya.mendengar jawaban beliau kami semua bersorak gembira dan saling berpelukan,gimana tidak,kerana selama dua bulan berarti kami bisa liburan sekolah di rumah dan untuk saya pribadi berarti,ini kesempatan untuk bekerja mencari uang demi keinginan yang telah sekian lama terpendam,ya itu  bertemu kakak di wonogiri karena telah sekian lama tidak bertemu.
lima hari sesudah habis PKL saat saya melakukan rutin harian dengan bekerja tiba-tiba saya mendapat satu surat dari pak pos berisi Wesel sebanyak RP 150.000 dari kakak di wonogiri,dengan tersenyum kecut antara gembira dan juga sedih saya terima wesel itu menegadah kan tangan brsyukur kepada Allah,gembira karena ternyata kakak masih menerima saya dan sayang pada saya,sedih karena sebelum nya saat PKL saya harus menelah air liur di saat melihat orang lain bisa makan dengan tanpa rasa beban di karenakan mereka mempunyai uang. ya jadinya kiriman sampai sesudah habis praktek ha....ha...ha...
Waktu yang di tunggu-tunggu akhirnya sampai juga,setelah tiga tahun bersusah payah dengan berbagai coba'an dan kesakitan,sirna saat menerima segulung ijazah SMEA N 2 KOTABUMI. ya.....saya dinyatakan lulus walau dengan Nem yang pas-pas'an maklum ndak pernah belajar ha.....ha...ha... ada sedikit air mata bening yang mengganjal di kala menerima ijazah itu,sejenak terbayangkan wajah ayah tercinta yang tersenyum kepuasan melihat kejayaan saya,karena memenagi sebuah pertarungan yang teramat dahsyat.
sepulang sekolah saya ke makam ayah membawa segulung ijazah dengan harapan beliau ikut merasa kegembiraan yang saya kecapi,saya bersimpuh di depan gundukan tanah yang tidak lagi memerah seraya berbisik;ayah ananda telah memenangi pertarungan ini berkat bisikan mu melaui segala erangan di saat ajal akan menjemput mu itu,ananda kini mampu membuat mu tersenyum dengan kejaya'an ini,ananda tidak memerlukan seorang ibu karena ayah telah mampu memberikan kasih sayang itu,ayah damai lah dirimu di tempat istirahatmu serta doa kan ananda agar dalam ananda melangkah tidak terkhilaf hingga mengecewakanmu,ayah sampai kapan pun dirimu akan kekal hidup dalam jiwaku juga bakal keturunanmu, akan ananda ceritakan kepada mereka,betapa mulia nya dirimu,akan ananda ceritakan kakek mereka adalah pahlawah yang tiada cacat dan cela,akan ananda ceritakan bahwa kau lah ibu dan kaulah ayah ku, I lOVE U FATHER.
Dunia persekolahan telah saya tinggalkan,malam  itu saya datang kerumah ibu pacar ku aisah yang telah juga ku panggil bapak dan ibu,untuk pamit bertemu kakak di wonogiri karena teramat kangen,beliau sempat berpesan,Nanti di usahakan mampir dulu di tempat kerja adik mu aisah ( beliau membahasakan pacar ku adik)  dan lihat gimana keadaan nya,karena bulan depan adalah bulan agustus biasanya adik mu pulang kalau bisa kamu juga di wonogirinya jangan lama-lama jadi bisa pulang bareng adikmu,takut musim mudik begini banyak orang yang jahat dan kalau ada lelaki nya kan ada yang melindungi,demikian lah pesan beliau kepada saya.
Maka sebuah perjalan yang panjang mulailah saya tempuhi,sebuah perjalanan yang kembali mengingatkan pada zaman dulu saat saya baru kelas 4 SD barsama ayah.sebagai anak desa yang baru pertama kali menginjak kan kaki kesebuah kota sebesar jakarta,membuat saya tersangat kagum dengan kemegahan bangunan-bangunan yang berderet,serta ketinggian bangunan ibu kota.namun sering juga terlihat sangat kontras,apabila segala kemegahan itu terselit para penghuni yang memenuhi jalanan,mencari nafkah tanpa menghiraukan panas terik matahari atau bahkan hujan yang mengguyur demi sebuah kehidupan,ada pedagang kaki lima,ada pak sopir dan kernet yang menjerit mencari penumpang,ada pemulung,ada pengemis,ada anak-anak kecil mengamen sekedar meminta sedikit imbalan,ada ibu-ibu yang pada antri menjual jajanan saat bus berhenti di pom bensin atau lampu merah dan ada juga para konglomerat berdasi serta para ahli parlemen yang dengan sombongnya menyelitkan rokok lisong di pinggir bibirnya sambil berkata,kami ini abdi negara yg bekerja untuk rakyat,tetapi nyatanya ?.....benar mereka abdi negara,tetapi mereka bekerja bukan untuk rakyat,tetapi mereka bekerja demi memenuhi nafsu serakah dan juga mengisi rekening bank nya,yang  seakan-akan tidak pernah penuh di isi dengan uang haram.
menginjakkan kaki di terminal kali deres,sempat juga membuat saya terpegun,rupa-rupanya inilah wajah jakarta yang sesungguh nya,perjalanan saya teruskan menuju bekasi di daerah kemang pratama,berpadoman alamat juga ruoute yang di beri sang pacar,setelah sampai saya lihat di depan mata saya berdiri sebuah rumah yang besar dan dan tersusun rapi serta terlihat sangat megah,sempat juga terlintas dalam hati kira-kira kapan ya aku bisa mempunyai rumah sebagus ini ?.....
setelah beberapa kali ku tekan sebuah tonbol bertulis bell,maka tak berapa lama kemudian keluar lah seorang perempuan separuh baya menghampiriku,setelah ku jelaskan maksud dan tujuan ku,beliau kemudian membukan pintu dan mempersilahkan saya masuk,baru saya tau rupanya itu ruman majikan kakak pacarku.melihat kedatangan ku yang tidak di sangka-sangka,riak kegembiraan juga kaget terpancar dari wajah mbak mus (nama calon kakak iparku,itu menurutku dulu),disingkatkan cerita,beliau memberitahukan kedatangan ku kepada adik nya aisah,yang bekerja di daerah lain tetapi masih satu kota,selayak nya pasangan muda-mudi yang lain yg lagi di mabuk asmara,kami melepaskan semua kerinduan yang tak terkira setalah hampir setahun tidak bertemu dan hanya surat sebagai penghubungnya.jujur wak tu itu dia lah satu-satu nya wanita tempat ku meluahkan segala cerita,duka juga tempat ku berbagi rasa.setelah kusampaikan semua amanah bakal ibu mertua,maka ke esokan harinya kutinggalkan kota bekasi menuju jawa-tengah solo,di tempat bude juga wonogiri,(hingga kini banyak saudara kami yang tinggal di solo)Terminal tirto nadi saja jejaki pada pagi itu,dan dalam keadaan keletihan setelah melalui perjalanan panjang saya sempat mampir di sebuah warung kopi sekedar untuk mencuci muka,bertanya arah juga memesan secangkir kopi agar badan terasa segar kembali,tertanya juga di dalam hati,apakah ini wajah sebenar kota solo,sebuah kota yang di sorot oleh media cetak atau elektronic dan terkenal dengan keramahan serta kelambutan nya,itu fikiran saya waktu itu ,setelah bertanyakan daerah Gempol kepada mbak pedagang warung,saya menaiki sebuah bus kecil menuju arah yang di bilang si pelayan genit itu,setelah beberapa saat turun dari bus dan bertanya kepada beberapa orang yang sibuk dengan aktivitas nya sendiri-sendiri,akhirnya saya temui juga rumah bude harjo,rumah  joglo yang suatu ketika dulu pernah saya singgahi bersama ayah sewaktu mau menghadiri pernikahan kakak,rasanya rumah itu tidak pernah berubah,terlihat di sebuah pendopo rumah duduk seorang perempuan tua berumur dalam lingkungan  50 an.saya ucapkan salam sebagai tanda kedatangan,dengan tertatih beliau menghampiri saya seraya berkata, Arep nggolek'i sopo le....( dlm bahasa indonesia kurang lebih,mau mencari siapa nak )mula-mula saya merasa kurang yakin apa ini benar-benar bude harjo?....dengan memberanikan diri saya berkata,nyuwun sewu nopo niki sak'estu dalem'ipun mbokde harjo ( minta maaf apa ini benar rumah nya bude harjo ) beliau menjawab iyo aku dewe.lha awak mu ki sopo? ( iya..saya sendiri lha kamu itu siapa )kembali beliau bertanya,setelah saya jelaskan asal-usul saya,dan datang dari mana,juga maksud tujuan saya beliau memeluk saya sambil berkata,awak mu kok wes gede bgt nganti mbokde pangling tenan,kamu kok udah besar betul sampai bude lupa bener.satu pertemuan yang cukup istimewa karena saya bisa menyambung lagi tali silaturahmi yang telah terjalin antara saudara.sore itu setelah solat mahgrib saya di suruh makan di dapur,namun sejujurnya saya agak kaget dengan hidangan yang di sediakan,bukan saya tidak bersyukur tapi menurut saya,selayak nya menerima seorang saudara,bahkan keponakan yang telah sekian lama tidak bertemu adalah dengan menyediakan makanan yg istimewa,namun yang di depan mata saya adalah sayur nagka( gudeg )kemaren di taruh dalam sebuah piring juga telur dadar satu..!!!!padahal beliau membuka warung yang menyediakan semua keperluan dapur,dan padahal di rumah salah satu anak nya menjual bebek goreng,memang saya makan juga,tetapi dalam hati saya mulai berfikir,apakah gambaran di tv yg mengatakan solo penduduk nya ramah-ramah juga lembut serta bersopan santun salah?.....atau kah karena kemiskinan saya maka mereka menyambut dengan acuh tak acuh,apakah...apakah...dan apakah....ya...semua pertanyaan itu mengiringi tidur saya,tidur di atas sebuah ranjang di ruang tamu.( sampai sekarang pun saya masih berfikir apakah media salah dalam menyampaikan berita dan fakta tentang solo,ingin saya buktikan kelak,kalau saya pulang saya akan mampir ke solo membawa mobil pribadi,kira-kira bagai mana sambutan mereka juga apakah hidangan nya kelak ) setelah solat subuh,saya berpamitan kepada bude dan pakde harjo berserta anak--anak nya.tidak sabar rasanya bertemu dengan kakak tersayang, ( entah karena lama hidup sendiri,atau juga tidak mempunyai saudara kandung,timbul perasaan teramat sayang kepada kakak ku,ada rasa tentram dan damai krn mempunyai saudara dekat,apa memang begini rasanya mempunyai saudara kandung,maklum saya anak tunggal ) perjalanan menaiki bus di tempuh dalam waktu 1 !/2 jam saja.sebelum menaiki bus saya sempat berpesan kepada konduktor bus,mas nanti kalau sudah sampai pasar Eromoko tolong  saya di kasih tau,waktu itu saya benar-benar lupa bahkan terkesan tidak tau daerah tersebut.Eromoko....turun....eromoko turun....demikian suara pak konduktor yang membangunkan saya dari lamunan kerena menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.
Siang itu sebelum menaiki ojek menuju rumah kakak di atas bukit,saya sempat membeli oleh-oleh ala kadarnya di depan sebuah pasar tradisional.( rumah kakak terletak di atas bukit dan untuk melaluinya harus menggunakan jasa transportasi ojek,tetapi kalau hari pasaran,kendaraan 4 roda baru ada) setelah semua keperluan lengkap,saya mendakati salah seorang tukang ojek,dengan berlagak pinter juga pura-pura pulang kedesa saya bertanya kepada tukang ojek tersebut,mas ke desa soko berapa ongkos nya,si tukang ojek yang saya kira dalam umuran 35 menjawab,15.000 mas,kemudian saya tanya lagi,ah biasa nya wong cuma 6.000 kok ini bisa naik gini.si mas tukang ojek berkata lagi,lha njenegan dari mana? saya jawab ya pulang ke rumah karena pabrik tempat saya kerja di solo lagi libur.mas tukang ojek berkata lagi o...o....o saya kira orang jauh mas.dalam hati sebenarnya saya pengen ketawa tidak karuan karena si tukang ojek berhasil saya boong'in(sebelumnya dalam surat,kakak pernah bilang ongkos naik cuma 6.000 dan nanti kalau ngojek di tawar,karena biasanya kalau tau orang dari jauh ongkos nya bisa menjdi dua kali lipat dari biasanya)setelah terjadi kesepakatan biaya,maka mulai lah perjalanan yang sangat indah saya tempuhi,Deruman mesin motor yang mengaung-ngaung memecah kesunyian siang itu,juga saat terpandang kanan-kiri jurang dan gunung-gunung yang menghijau serta sawah padi yg terbentang luas serta batu-batu gunung sebesar gajah saya temui menambah ketenangan hati,ya.....indah sekali,andai saja waktu itu saya mempunyai camera pasti segala ke indahan itu akan saya abadikan dalam sebuah foto.sejauh mata memandang penuh dengan kehijauan,terasa damai,tentram dalam jiwa serta dingin nya udara gunung yang menusuk tulang mewarnai perjalanan itu.
Saat melewati sebuah masjid di sebuah papan tanda kecil tertulis desa soko,maka seketika itu juga saya berkata pada mas tukang ojek,mas nanti terus kerumah bu darti ya,beliau menjawab iya mas. kakak saya rada terkenal di desanya karena dia membuka warung keperluan dapur juga menerima hasil tanaman petani dalam kuantity kecil dan ciri khas dia dengan saya sama,kami sama-sama bersuara kuat,walau menurut kami saat berbicara biasa-biasa saja,tetapi pada pendengaran orang-orang,suara kami terlalu kuat ha...ha...ha...
namun rahasia saya terbongkar juga akhirnya,saat si tukang ojek bertanya ke pada saya,rumah Bu Darti yang mana mas. mendengar pertanyaan itu saya jadi binggung menjawab nya,krn saya juga tidak tau,hanya yang saya tau alamatnya adalah desa soko pucung eromoko,sedang kan saya bilang ke tukang ojek saya mau pulang kedesa ha...ha...ha...( wah gawat bisa ketahuan boong nya,bisa-bisa malu besar gue )demikian lah suara hati saya berkata...............


pengen tau jawabanya....tunggu ya cerita selanjutnya ha...ha...ha...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar