18 Desember 2009

Pedih itu kekal ada ( 6 )

Dan berawal dari sebuah ketidak sengaja'an,saya menyuruh mas tukang ojek untuk berhenti di sebuah warung di pinggir tikungan,saya bilang sama mas tukang ojek saya mau membeli rokok,padahal dalam hati saya mau nanya rumah kakak dimana ( untung akal bulus bekerja secara energik ya ha...ha...ha... ) e....e....rupanya mendengar pertanyaan saya si penjual malah berlari dan menangis memeluk saya...ya itu kakak ku ( maklum setelah lama tidak bertemu saya telah pangling dan untung kakak tidak )kami berpelukan,saling menangis melepas kan semua kerinduan,melihat semua yang terjadi di depan mata si tukang ojek dengan penuh keheranan bertanya kepadaku,lho mas katanya mau beli rokok tapi ini ko.....?tanpa sempat meneruskan kata-katanya, ahirnya dengan perasaan malu saya menceritakan kalau itu kakak saya,dan terus terang saya baru kali ini ke wonogiri setelah melakukan perjalan jauh dari sumatra,untung sempat juga saya meminta maaf kepada si tukang ojek karena telah membohongi beliau dan sebagai tanda terima kasih saya ongkos yang tadinya hanya Rp 6000 saya tambahi menjadi Rp 8000 he...he...he....
kami bertanya kabar juga berbagi cerita selama bertahun-tahun tidak bertemu,rupa-rupanya kakak ku telah mempunyai kehidupan yang agak mapan,suami seorang guru SD,kakak sendiri mengusahakan warung keperluan dapur dan telah di karuniai dua orang momongan yang cantik juga ganteng.melihat kebahagian mereka timbul perasaan bersyukur karena salah satu darah daginga ayah hidup dalam kemakmuran.
saya juga bertemu dengan ibu kakak atau istri pertama ayah,karena rumah mereka bergandengan,walau pun ibu sudah tua tetapi dari garis-garis wajah beliau menunjuk'kan,kalau di waktu muda ibu sangat cantik.
saat kami berkumpul setelah solat mahgrib bersama,kakak menanyakan penyebab kematian ayah dan juga meminta maaf karena tidak bisa datang di saat pengebumian ayah setelah menerima telegram dari ku dahululu,Alasan beliau karena belum tau sumatra juga anak-anak yang masih kecil.
menceritakan semua peristiwa yang berlalu sempat membuat titisan air bening membayang di mata kami,karena segala kepiluan itu tiba-tiba datang kembali meluluh ratakan jiwa kami,sempat juga emosi menguasai jiwaku mendengar jawaban yang pada ku terlalu sederhana dari kakak,namun untung fikiran waras kembali menguasai.toch kalau hal itu ku permasalah kan,gak bakalan juga waktu mampu berputar kembali.jujur aku merasa tentram berdekatan dengan kakak bahkan terkesan kerasan hidup disebuah pegunungan dimana setiap aku menatap,ketinggian juga kehijauan terbentang luas menghapar bagai lautan.sambutan beliau pada ku saat itu kurasakan sangat memuaskan,tidak seperti di solo tempat Bude harjo,di sini kakak sering kepasar mencari barang dagangan dan setiap kali pulang pasti membawa jajan pasar juga ikan untuk lauk makan sekeluarga.ibu dan suaminya juga makan bersama kakak jadi kalau saat nya makan pasti rame karena mereka satu dapur,ya kelihatan rukun dan damai.di wonogiri kakak juga memelihara sapi juga kambing,karena setiap hari kerjaan saya hanya makan dan tidur,maka timbul juga perasaan sungkan kepada kakak dan mas ipar,,untuk mnghilangkan perasaan itu maka apa yang mampu saya lakukan adalah dengan meringan kanbeban pekerjaan beliau,antaranya mencari rumput untuk sapi juga kambing,menimba air memenuhi bak mandi,atau juga mencuci piring serta menyapu halaman dan juga mengepel lantai,semua pekerjaan itu hampir tiap hari menjadi rutinitas ku sampai hampir 1 bulan 1/2.kawan-kawan juga semakin bertambah dikarenakan saya tergolong pinter dalam sepak bola,maka kami sering keluar daerah mengadakan perlawanan persahabata  sepak bola sebagai aktivitas kami.di saat ketentraman dan juga kedamaian mulai saya rasakan,tiba-tiba kembali dan kembali cobaan datang menguji kesabaran juga ketenagan yang baru sesaat saya rasa kan.siang itu anak almarhum pakde tiarso ( pensiunan AL ) mas anto dan Mas Daud yang datang dari cirebon/semarang pergi ke desa,seperti biasanya kalau di tempat kerja mereka lagi libur,pasti mereka main kedesa sebagai aktivitas liburan,maklum lah di kota tentunya mereka tidak mungkin mendapatkan ketenagan seperti di desa. ( mereka keponakan ibu kaka ku/saudara sebelah ibu dan berarti dengan saya tiada hubungan dan mereka tergolong dari keluarga yang mampu karena orang tua pensiunan AL )karena kamar yang biasanya mereka tempati telah saya gunakan semenjak saya datang dahulu,maka oleh kakak mereka di berikan sebuah kamar yang lain,tetapi tidak sebagus kamar yang saya tempati,sore itu setelah mandi saya mulai merasakan kelainan pada sikap kakak,ibu berserta keluarga yang lain,sikap yang pada mulanya teramat ramah mulai menjadi dingin,bahkan terkesan acuh tak acuh kepada saya.ada kalanya saat mas anto dan daud berjalan-jalan menghirup udara pegunungan sering kali mereka mengiringi dari belakang layak nya seorang pembantu mengikuti juraggan atau sang raja di ikuti para abdi dalemnya,satu sebab yang  membuat hati saya tergores ialah,mereka menjamu tamu agung mereka dengan memotong ayam jago sebagai tanda sambutan,(padahal mereka sering main kedesa)tetapi ketika pertama kali saya datang,saya tidak pernah mendapat kan sambutan seperti yang mas anto dan daud dapatkan,mereka menyambut saya dengan ala kadarnya walaupun setelah bertahun-tahun kami tidak bertemu(apa karena mereka dari golongan berada,apa karena mereka saudara,apa karena kemiskinan saya dan apakah saya hanya di anggap penumpang pada mata mereka,yang sewaktu-waktu bisa di panggil tapi juga bisa di usir sesuka hati bagaikan membuang segenggam sampah yang tidak berarti) demikian suara hati saya berkata,secara perlahan-lahan mulai lah perasaan rendah diri kembali menyiksa,menghantui segenap langkah-langkah kepedihan. ( rupa-rupanya pangkat,harta juga permata menjadi pedoman di hati mereka ),ada kalanya saya ingin bergaul dan bertanya kabar kepada mas anto juga daud,akan tetapi mereka sepertinya sengaja menghindar(atau memang sengaja tidak mau mengenal saya)saya tanya ke kakak juga ibu jawaban mereka pun agak menjengkelkan di telinga saya.maka pada malam itu saya dengan perasaan sedih ( tetapi kepedihan itu tertutupi oleh senyum pahit )saya bilang ke mas anto dan daud.mas kalau anda mau menempati kamar yang saya pakai silahkan saja,krn di kamar yang satu agak dingin ( klo mlm kabut turun,krn di pegunungan ) dengan menjawab secara basa-basi mereka berkata dengan raut wajah penuh kemenangan lha kamu mau tidur di mana? saya jawab saya biasa tidur di ruang tamu sambil nonton TV mas,demikin jawaban saya,padahal selama saya tinggal di rumah kakak belum pernah sekali pun saya tidur di ruang tamu,sejenak hati juga berkata:semua ini saya lakukan karena saya ingin tau sejauh mana sikap acuh-tak acuh mereka kepada saya,apakah dengan menyerahkan kamar kepada tamu agung mereka sikap mereka keesokan harinya bisa berubah menjadi baikseperti sedia kala.

Maka dengan perasaan yang bercampur-baur saya bentangkan sebuah tikar pandan dan sebuah bantal sebagai alas tidur yang jelas-jelas tidak mampu melindunggi saya dari kabut kedinginan.saya rebahkan badan di ruang tamu itu dan hanya berteman kan kabut malam yang menggigit tulang,walau pun mata melihat,tapi nyatanya siaran TV itu tidak masuk dalam otak saya,ya.......pandangan kosong yang menerawang memenuhi segenap fikiran yang tiada penghujungnya.seketika kerinduan kepada ayah menyeruak di sela-sela Air mata yang membasahi pipi hingga membuat saya berfikir,tentu ayah juga merasa kedinginan tidur sendiri di dalam perut bumi tanpa kawan dan teman yang menemani.menjelang kokok ayam jantan bersahutan dan sayup-sayup suara azan berkumandang,cepat-cepat saya mengambil Air wudlu dan mengerjakan solat subuh untuk menutupi mata yang merah karena semalaman tidak bisa melelapkan mata.pagi itu saya lihat senyum kakak dan ibu serta keluarga kembali seperti biasanya,ada perasaan gembira tapi juga sedih,gembira karena mereka telah kembali baik seperti sedia kala dan sedih karena pada anggapan saya,saya tiada artinya pada mereka.Setelah 4 hari mas anto juga daud menginap di desa,maka pada pagi itu mereka berpamitan pulang dengan membawa oleh-oleh yang di sediakan kakak juga ibu dan keluarga di desa.saat itu hati saya telah tawar untuk tinggal lebih lama dengan kakak,setelah mereka pulang di saat para keluarga masih berkumpul saya pun nekad pamitan sambil berkata: mbak,mas ibu dan semua,sebelum nya saya memohon maaf jikalau selama saya di sini merepot kan juga membuat salah kepada keluarga semua,karena tujuan saya kesini adalah untuk menyambung tali silaturahmi dan bertemu keluarga semua telah terwujud,maka besok pagi saya pamit pulang kesumatra.( sebenarnya hati dan jiwa saya teramat pilu juga sayu mengatakanya,bahkan hampir saja air bening menetes menahan semua kekecewaan ) setelah mendengar niat dan kata-kata saya yang datang secara tiba-tiba,tentu saja membuat mereka teramat kaget apalagi kakak,maka kakak bilang kalau kamu tinggal di sumatra mau sama siapa? kan mendingan di sini saja ada keluarga,kata kakak sambil menagis,untuk menutupi penyebab kepulangan saya maka saya bilang;saya mau cari kerja di jakarta kak,disana ada kawan yang bisa membantu.demikian lah jawaban saya. akhirnya dengan perasaan berat kakak merelakanya,dan seketika itu juga terkeluar kata-kata kakak,o.....ya selama kamu datang kamu kan belum tak potongkan ayam jago to?........saya hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata beliau itu seraya hati saya berkata kesadaran yang sudah terlambat. menjelang pagi saya di temani kakak juga mas ipar( mas ipar mas kamino namanya) manaiki motor menuruni pegunungan menuju pasar eromoko wonogiri, dan setelah itu mereka juga menghantar saya sampai solo,sebenarnya niat kami adalah untuk pamitan kepada bude harjo berserta semua keluarga di solo,tetapi tanpa di sangka-sangka  mbak marsiah anak bude harjo yang tingal satu rumah babaran/melahirkan,jadi mau tidak mau saya harus menginap satu malam sekedar untuk berbasa-basi saja.akan tetapi kakak dan mas kamino terpaksa harus pulang hari itu juga karena pada keesokan harinya mas kamino harus tugas di sekolah yang menjadi tempat beliau bekerja.sebelum mereka pulang,saya telah di beri uang saku oleh mas kamino sebesar Rp 150.000 untuk ongkos perjalan juga jaket tebal sebagai pelindung dingin,saya hantarkan kakak dan suaminya sampai kesebuah tempat menunggu bus yang tersedia di pinggir jalan,tidak berapa lama kemudian bus yang di tunggu-tunggu pun muncul tepat berhenti di depan kami,setelah berpelukan dengan mereka sebagai tanda perpisahan,maka bus yang mereka naiki mulai merayap meninggalkan saya bersama lambaian yang hilang di telan kegelapan senja kota solo.Menginap dan melalui satu malam di solo rasanya bagaikan setahun,krn saya tidak mempunyai kenalan juga teman ngobrol,bahkan saya merasa telah menjadi orang asing di rumah bude,setiap tatapan para tetangga yang menuju ke arah saya seakan-akan menyelidiki''siapa saya''untung saja Mas Nur( menantu bude harjo,beliau pernah kelampung sebelum almarhum ayah meninggal ) menemani dan membawa saya kerumahnya,dan di rumah beliau yang cukup bagus(menurut saya waktu itu) ternyata mas Nur dan istrinya telah menyediakan makanan yang tentunya taramat jarang dapat saya nikmati,nasi berlaukkan daging ayam goreng serta sayur juga minuman Teh es.setelah selesai makan dan ketika kami duduk-duduk di ruang tamu rumah beliau,saat itu juga mas nur membuka pembicaraan seraya berkata;Dik kamu jangan kaget ya,kalau melihat atau merasakan sambutan saudara-saudara tidak memuaskan hati mu,ya.....ini lah sejatinya para saudara di solo,mereka lebih melihat seseorang dari hartanya dan kedudukanya dahulu, kata mas nur sambil meneruskan ceritanya dulu juga sewaktu saya melamar anak bude mu ini,saya ini sangat miskin malah sering di hina oleh para saudara tetapi saya diamkan saja,dan karena hinaan itu saya nekad mendirikan usaha sewa tarub berserta perlengkapan hajatan,dan hasilnya kamu bisa melihat sendiri,saya sekarang bisa bikin rumah serta menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi,dan baru sekarang mereka mengakui saya kerabat mereka.saya yakin dan faham tentunya kamu juga merasakan kesakitan itu dan juga pasti teramat kecewa,tapi ingat ya.....keluarga kami tidak pernah melihat persaudaraan itu dari kemewahan nya,karena kami juga dahulunya dari golongan yang kurang mampu.kata beliau sambil mengakhiri cerita nya.setelah mendengar semua cerita beliau itu,malahan membuat hati saya menjadi sangat terharu dan berbisik di dalam hati setatus beliau hanya lah menantu,tetapi beliau bisa menghargai saudara-saudara sebelah istrinya,sedangkan saudara-saudaraku sendiri malah bersikap seperti itu.Sebelum saya pulang,beliau memberi hadiah sebuah Amplifier (sebuah alat untuk sound sistem ) karena saat itu beliau menyarankan saya agar membuka usaha seperti yang beliau lakukan karena prospek nya sangat bagus.pada keesokan paginya saya di hantar oleh salah seorang saudara menuju terminal bus TIRTONADI solo,setelah membeli selembar karcis dari sebuah loket bus,saya duduk di sebuah warung sambil memesan segelas teh panas sebagai penghangat perut yang dari pagi belum terisi berserta dua potong tempe goreng sambil menunggu bus yang akan membawa saya pergi kesebuah kota di tempat sang buah hati bekerja.ya.....kota bekasi tujuan nya.setelah menunggu lebih kurang satu jam bus yang ditunggu-tunggu pun muncul,secara perlahan-lahan bus yang membawa saya mulai merayap meninggal kan kota solo jawa tengah,sebuah kota yang mulanya menjanjikan ketenangan dan ketentraman tetapi rupanya penuh dengan kesombongan dan keangkuhan.karena terfikirkan pesan bakal ibu mertua dahulu,( bagi anda yang mengikuti catatan saya pasti tau)disamping ingin membuat surprise pada sang pacar,maka saya sengaja tidak memberi tau kan kedatangan saya kali ini.

Kebetulan waktu itu pun hampir memasuki pertengahan bulan Agustus th 1998,yang mana setiap bulan agustus doi ku ( aisah ) dengan kakak nya akan pulang ke lampung untuk menyambut hari kemerdekaan serta melepaskan kerinduan kepada sanak-saudara di kampung halaman.saat lonceng pintu kembali kutekan,dari dalam terdengar langkah-langkah kaki mendekati pintu gerbang rumah besar itu,di saat sepasang mata mengintai dari sebuah lubang pagar seketika juga terdengar jeritan seorang perempuan,rupa-rupanya mbak mus ( nama calon kakak ipar )yang datang menyambutku.Seperti kebiasaanya saya di bawa ke kamar Bik Ipah (beliau pembantu di rumah itu)agar bisa istirahat juga mandi setelah beberapa hari hanya mencuci muka setelah melakukan perjalanan jauh.bik ipah sangat baik orangnya beliau berumur dalam lingkungan 48 th dan berasal dari Temanggung jawa tengah dan telah 5 th bekerja di rumah majikan mbak mus tersebut.Ku akui saat itu mbak mus sudah seperti kakak ku sendiri,dimana saya bisa curhat tentang segalanya tanpa tedeng aling-aling atau menutup-nutupi serta tanpa ada rasa sungkan dan segan,beliau sangat baik ke pada ku, karena mungkin saat itu beliau juga beranggapan bahwa saya kelak memang akan menjadi adik iparnya,jujur saja saat itu pun saya merasakan perasaan yang sama,dengan penuh keyakinan saya beranggapan adiknya Aisah pasti bakal menjadi pendamping hidup saya dalam mengharungi onak dan duri kehidupan bersama-sama.setelah saya mandi dan makan mbak mus mulai bertanya tentang keadaan di jawa bagaimana,tanpa ada rasa segan dan yang di tutup-tutupi.mulailah saya ceritakan semua kesakitan dan juga sambutan saudara-saudara selama 1 bulan 1/2 di jawa tengah,kembali.....dan kembali....... nasehat yang sering terdengar di telinga ku keluar dari mulut beliau sabar dan tawakal...........saja dalam menghadapi ujian Allah.setelah semua rasa sakit yang terpendam selama ini bisa ku keluarkan melalui curhat pada mbak mus,terasa juga bebanan yang kutanggung agak berkurang.siang itu mbak mus memberi tau kan keberadaan ku kepada aisah doi ku,dan si adik bilang sore nanti akan datang sekalian bersiap-siap mau pulang ke lampung pada esok lusa,karena saat itu dia juga telah memohon cuti selama sebulan untuk menyambut hari kemerdekaan di kampung sekalian melepaskan kerinduan kepada sanak saudara juga orang tua.
Ada perasaan berdebar-debar juga kerinduan yang menggunung saat menunggu kedatangannya sore itu,bahkan hati merasa tidak sabar ingin cepat bertemu dengan dara pujaan (bagi yang pernah pacaran pasti merasakan perasaan yang sama),namun sampai jam 4.00 pm belum juga bayang-bayang nya kelihatan,kuputuskan untuk solat asar agar hilang rasa gelisahku,sayup-sayup terdengar pintu gerbang belakang di ketuk oleh seseorang dan kemudian terdengar suara riuh rendah suara mbak mus dengan salah satu suara yang telah ku kenali bahkan teramat ku nanti-nanti.....ya....itu suara Aisah Doi ku.
setelah selesai semua kewajiban pada sang pencipta,saya bergegas menuju ke sebuah kursi yang terdapat di sebelah dapur belakang,ya.... itu tempat nongkrong orang-orang kelas bawah'an seperti kami saat berkumpul.namun segala impian untuk melihat senyumnya yang manis,polah tingkah nya yang melucukan juga kata-kata nya yang manja punah seketika,karena yang ada hanyalah senyum sinis,bahkan tiada lagi pelukan yang saya dapat seperti biasanya setelah lama tidak bersua,tetapi hanya mendapatkan huluran tangan penuh kemunafikan.melihat dan merasa semua kejanggalan itu tentu saja hati saya tertanya-tanya Ada apa lagi ini ?..... setelah menjelang malam barulah Aisah memanggil saya dan kami berjalan menuju kursi di tempat biasa,Bagai kan halilintar di siang hari saat mendengar kata-kata yang terucap dari bibir lembutnya itu Mas aku minta putus sungguh suatu kata yang jelas,padat singkat juga bagaikan godam besi yg meluluh rata kan isi jantungku.merasa tidak bersalah juga penasaran penyebab niat nya itu,maka saya menjawab kamu minta putus dengan tiba-tiba sebab nya apa?...apakah saya salah dalam berkata-kata juga bertindak?.......dia hanya menjawab Mas tidak bersalah,sebab saya minta putus karena sudah tidak ada cinta lagi didalam hati saya dan juga saya ingin bebas.mendengar jawaban yang teramat menyakitkan itu sejenak membuat lidah saya kelu untuk berkata-kata,kembali saya bertanya kamu bilang ingin bebas apakah selama ini saya mengekag kehidupan mu?......kamu di bekasi saya di lampung dan hanya pada bulan agustus juga hari raya kita ketemu apakah itu di katakan mengekang padahal waktu mu banyak yang di perantauan. mendengar semua pertanyaan saya  Aisah hanya diam seribu,bahasa namun sebelum kami beredar dari kursi itu saya sempat berpesan:coba kamu fikirkan semasak-masak nya dulu tentang niat kamu itu,karena kita pacaran juga bukan baru kemaren bahkan telah mencapai 4 tahun dan orang tua serta para tetangga telah mengetahui hubungan kita,namun jikalau putus itu bisa membahagiakan kehidupan mu saya dengan terpaksa merelakanya,namun seandainya dalam petualangan mu mencari cinta baru nanti dirimu terluka juga tidak bahagia dan kamu ingin kembali kepadaku,tentu kamu tau dimana harus mencariku karena dengan segala kerelaan,pasti saya akan menerima mu kembali.demikian kata-kata naif yang keluar dari mulut saya.sebenarnya masih terlalu banyak pertanyaan yg ingin saya pertanyakan namun hati saya merasa sudah tidak sanggup lagi menerima kesakitan itu, Dia yang selama ini menjadi tonggak kekuatan ku,dia yang selama ini memberikan ketenangan dan dia yang sering memberikan dorongan tiba-tiba saja menyingkirkan saya,semudah membalikan telapak tangan.ternyata benar kata orang-orang di kampung,jakarta bisa merubah painem menjadi sinta,jakarta bisa merubah ibrahim menjadi Bram juga jakarta bisa merubah gadis desa dandananya mengalah kan Madona.dulu dia gadis desa yang belum mengenal make up atau reponding,dulu dia gadis desa yang tidak tau gemerlapnya kota jakarta dan dulu dia gadis desa yang berbusana rapi tidak menampak kan belahan dada.kini semuanya berubah 180 derajat karena kini ternyata:Rupa,pangkat,derajat,martabat juga emas intan dan permata menjadi syarat mutlak untuk mendampinginya.Kembali dan kembali kurasakan ujian datang bertalu-talu dan seakan-akan kepedihan belum juga mau keluar dari jalan hidupku,hampir juga keputus asa'an mewarnai tetapi Allah maha adil,karena masih juga kesadaran mengatasi semua kesakitan,Malam itu mataku sukar ku lelapkan karena hati masih juga belum bisa menerima sebuah kenyataan pahit,sempat juga terfikir untuk pulang ke lampung sendiri pada esok hari karena tidak tahan melihat tingkah dan prilaku aisah yang menjengkelkan,namun ku urungkan demi memenuhi amanah ibu mereka agar aku melindungi saat mereka pulang mudik,karena pada kebiasaanya semua angkutan umum penuh sesak juga kejahatan berleluasa.Setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan yaitu bulan agustus th 1998.kami mulai meninggalkan rumah besar majikan mbak mus menaiki mobil mikrolet angkutan umum menuju ke terminal bekasi.setelah semua urusan pembayaran dengan salah seorang agent bus terselesaikan,kemudian kami menaiki sebuah bus yang penuh sesak oleh para penumpang yang ingin pulang mudik dan tidak kebagian jatah kursi.sebenar nya mereka mau menanggung ongkos perjalanan saya,namun dengan baik saya menolak karena saya tidak mau di belakang hari nanti timbul hal-hal yang tidak saya inginkan,lagi pula saya masih mampunyai uang untuk ongkos yang di kasih mas kamino dahulu.secara pelan dan pasti bus yang kami naiki mulai merangkak meninggalkan kesibukan kota metropolitan,sebuah kota yang mampu merubah seorang gadis desa menjadi primadona.
Dan selama dalam perjalanan itu,mulut kami masing-masing terkunci dan hanya kebisuan serta bau keringat para penumpang yang kepanasan mewarnai perjalanan itu,sebuah perjalanan yang menuju kesebuah tujuan yaitu pelabuhan MERAK sebelum menaiki kapal feri menuju ke pelabuhan BAKAHEUNI lampung selatan...........




To be contiuned............. sabar ya semuanya.................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar